Skip to main content

Review : Insidious Chapter 3

Entah bagaimana saya harus berepilog untuk postingan kali ini. Tak perlulah kita berepilog dengan kalimat-kalimat bertele-tele seperti 
Apa kabar pembaca sekalian, maaf sekali baru bisa posting kali ini karena blablablabla
Namun kalau boleh jujur, setelah sekian lama tidak blogging, jari dan otak ini jadi nggak sinkron karena jarang digunakan untuk mengetik blog yang suram ini.
Enough chit-chat, let's get straight.
Apa yang anda rasakan kalau anda memanggil seseorang namun yang menanggapi malah orang lain? Canggung? well... dalamInsidious : Chapter 3 canggung sepertinya bukan kata yang tepat, kita bisa menggunakan kata "terror" sebagai pengganti. Itulah yang terjadi dalam Insidious : Chapter 3.


Dibintangi oleh aktris belia nan manis Stefanie Scott yang berperan sebagai Quinn Brenner, tokoh utama sekaligus korban teror dari 'The Man Who Can't Breathe' yang ingin menguasai diri Quinn sebagai 'peliharaan' di dunia lain.

Insidious : Chapter 3 merupakan prekuel dari dua film sebelumnya (Insidious & Insidious : Chapter 2) dengan mengambil cerita satu tahun sebelum teror keluarga lambert dan kematian Elise Rainier (Lin Shaye), seorang paranormal yang sudah berumur dan berwajah teduh. Diceritakan dalam Insidious Chapter : 3, Elise yang ditinggal mati oleh suaminya mengalami frustasi dan berniat untuk berhenti menolong orang-orang yang mengalami gangguan dari makhluk halus.

Suatu ketika datanglah Quinn yang memohon bantuan Elise. Quinn ingin Elise membantunya untuk berbicara dengan almarhum ibu Quinn. Walau awalnya menolak namun Elise ingin sedikit membantunya. Disinilah permasalahannya, ketika Elise mencoba mengkontak ibu Quinn, ternyata yang menjawab adalah makhluk lain yang sangat jahat dan ternyata tengah mencoba merenggut kehidupan Quinn.

Prekuel ini juga menceritakan tentang bagaimana Elise bisa bekerja sama dengan Spec (Leigh Whannell) dan Tuck (Angus Sampson) yang saat itu hanyalah seorang pemburu hantu amatiran yang terkenal di internet.

Leigh Whannel : Pemeran Pembantu dan Sutradara.

Mungkin masih banyak yang belum tahu kalau ternyata sutradara Insidious : Chapter 3 ikut berakting sebagai Spec. Sebelumnya di Insidious & Insidious : Chapter 2 dia mendapat jabatan sebagai penulis naskah. Sebagai info, James Wan dan Leigh Whannel adalah rekan seperjuangan yang memulai debut pertamanya dalam film SAW.

James Wan Sebagai Cameo

Hal yang lumayan mengejutkan buat saya selain jumpscare yang diluar perkiraan, adalah James Wan yang sekelebat tampil di depan kamera berperan sebagai juri pencarian bakat. Well, mungkin banyak yang enggak tahu kalau dialah dalang dari Insidious dan sutradara Fast and Furious 7.

Tidak banyak perbedaan sinematografi dengan Insidious sebelumnya, namun ada beberapa Jumpscare yang kreatif dan diluar dugaan. Lalu kesan ngilu-ngilu sedap serta atmosfer suram dari 'The Further' masih diciptakan dengan apik, sederhana namun menohok imajinasi penonton. Terlebih akting Lin Shaye berhasil mencampur aduk emosi penonton. Ditambah dengan duo Spec & Tucker yang kocak dibeberapa waktu untuk meringankan suasana.

Insidious : Chapter 3 mungkin memang tidak seseram dengan pendahulunya. Bahkan Rotten Tomatoes hanya memberikan nilai 5.4, sedang IMDb sedikit lebih besar : 6.9
Namun bolehlah saya nobatkan film ini sebagai "A Powerfull Horror Movie" karena tidak hanya sekedar cerita horor namun amanatnya saya rasa mampu tersampaikan kepada penonton.

Comments

Popular posts from this blog

Linimasa (Sisi kelam sebuah kicauan)

Selesai Abatoar langsung saya lahap Linimasa di hari itu juga. Rasanya agak telat kalau saya me-review Linimasa sekarang - sekarang ini, mengingat tanggal terbitnya sudah lewat berbulan - bulan lalu. Well... better late than never. Kita bahas sedikit tentang cerita dalam Linimasa, tanpa spoiler tentunya. Judul buku : Linimasa (Sisi kelam sebuah kicauan) Penulis :  @kisahhorror Penerbit : Mediakita Tanggal terbit : November - 2013 Jumlah halaman : 340 Linimasa menceritakan tentang konflik dan intrik anak - anak remaja tanggung persis di sinetron - sinetron yang sering diputar di stasiun televisi kesayangan kita. Adalah Tatiana, gadis berpenampilan sederhana namun selalu meninggalkan kesan baik pada teman - temannya sebagai siswi yang rajin, pintar, suka menolong dan ramah kepada semua orang. Sifat baik Tatiana bukan berarti berimbas baik pada semua orang, tersebutlah lima orang remaja lain yang merasa dipecundangi oleh kebaikan dan prestasi - prestasi Tatiana. Lima o

Creepy Diary 2

Dapat rezeki yang lumayan di sore hari sepulang kerja. Satu novel dikirimkan ke rumah. Adapun judul novel itu adalah Creepy Diary 2 karya Ayumi Chintiami. Tak perlu banyak kata lagi, mari kita bedah. Judul buku         : Creepy Diary 2 Penulis              : Ayumi Chintiami Penerbit            : Bukune  Tanggal terbit    : Mei 2014 Jumlah halaman : 292 halaman Creepy Diary 2 Adalah seorang gadis bernama Ayumi yang memiliki kemampuan bisa melihat hal-hal yang tidak bisa dilihat oleh orang kebanyakan. Ayumi sering kali melihat makhluk-makhluk mengerikan, mengalami mimpi-mimpi aneh dan bahkan visualisasi dari peristiwa yang belum pernah terjadi. Sama seperti novel sebelumnya, pada Creepy Diary 2 Ayumi kembali menemui arwah penasaran dengan latar belakang kematian yang bisa dibilang kelewat getir serta kejadian-kejadian aneh serta sosok-sosok mengerikan yang dia temui sepanjang perjalanan ketika berwisata mistis bersama teman-temannya menelusuri tempat-tempat mistis

Kisah Tragis Dibalik Lagu Pengantar Tidur

Nina Bobo oohh Nina bobo Kalau tidak bobo digigit nyamuk Satu lagu dengan bait sederhana yang digunakan banyak orang tua untuk mengantar tidur anak - anaknya. Keliatan tidak ada yang ganjil dari lagu itu, tapi pernahkah anda coba bertanya pada seseorang tentang siapakah gadis bernama Nina dari lagu tersebut? Beberapa dekade setelah kedatangan Cornelis de Houtmen di Banten, warga negara Belanda dari berbagai kalangan sudah memenuhi pulau Jawa dan pulau - pulau lainnya. Alkisah seorang gadis belia asal Belanda bernama Nina Van Mijk. Gadis yang berasal dari keluarga komposer musik klasik sederhana yang menetap di Nusantara untuk memulai hidup baru karena terlalu banyak saingan musisi di Belanda. Hidup Nina berjalan normal seperti orang - orang Belanda di Nusantara pada umumnya, berjalan - jalan, bersosialisasi dengan penduduk pribumi, dan mengenal budaya Nusantara. Kedengaran indah memang, tapi semenjak kejadian aneh itu keadaan menjadi berbanding terbalik. Kejadian aneh itu t