Skip to main content

Manggarai

Walaupun tinggal di kos, tiap sore aku pasti pulang ke rumah dengan menggunakan kereta. Karena malas untuk berdesak-desakan dengan penumpang kereta api lainnya, aku sengaja pulang ke rumah pada jam-jam terakhir keberangkatan kereta. Sebagai seseorang yang terkadang merasa tidak nyaman di tengah - tengah kerumunan, melakukan perjalanan dengan kereta pada jam - jam terakhir lumayan menyenangkan. Tidak perlu berdesakan dan bisa duduk dimana saja yang kita inginkan.

Dari tempat kos aku naik kereta menuju stasiun transit. Setibanya aku di stasiun transit aku langsung bergegas menuju peron untuk kereta selanjutnya yang menuju langsung ke kota tempat aku tinggal. Dan di peron itu hanya tinggal aku sendirian sementara beberapa penumpang lain berada di peron yang lain menuju ke stasiun berikutnya masing-masing. Di peron yang lain kereta sudah tiba lebih dulu, kian lama penumpang kereta semakin sedikit. Aku mulai khawatir, jangan-jangan aku kehabisan kereta. Hari sudah larut malam, bisa-bisa aku tidur di stasiun. Untunglah kereta yang aku tunggu hadir juga.

Kereta melaju kencang, menembus angin malam. Dan sesekali berguncang karena kontur tanah rel yang tidak rata. Aku duduk di dekat pintu gerbong sambil memeluk
tasku. Tidak ada siapapun di gerbong itu. Aneh, walaupun duduk aku masih merasa kakiku pegal-pegal. Mungkin karena aku terlalu lama menunggu di stasiun transit barusan. Seorang kakek-kakek mengenakan kaos putih dan celana hitam dengan beberapa warna kecokelatan menempel di pakaiannya duduk berada jauh di sisi lain gerbong yang kunaiki. Sejak kapan dia duduk disitu? ah peduli amat, aku memejamkan mataku menikmati perjalanan malam hari.
Kereta berhenti di stasiun yang aku tuju, perlahan aku membuka mataku. Dengan pandangan yang masih kabur aku mencoba fokus pada sekitarku. Seseorang sepertinya duduk di sampingku. Aku kaget setengah mati, itu kakek-kakek yang barusan. Aku menyeka mataku lagi, kakek itu sudah tidak ada disampingku. Mungkinkah aku terlalu lelah karena perjalanan?

Dengan menahan kantuk aku keluar dari gerbong. Stasiun terakhir tempat aku tuju sudah benar-benar sepi. Sebagian peron sudah gelap karena lampunya dimatikan. Aku berjalan dengan terhuyung-huyung kearah pintu keluar, bermaksud untuk tap kartu tiket. Kakiku terasa kesemutan dan sangat berat untuk melangkah, aneh.

"Mas, masuk darimana?" seorang PKD menegurku. Aku yang belum sadar sepenuh lumayan kaget karena suara PKD itu lumayan keras.
"Saya... baru turun pak" pertanyaan aneh, tidak mungkin kereta sebesar itu bisa sampai tidak kelihatan. Dipikirnya aku memanjat pagar stasiun untuk masuk kedalam mungkin.
"Aduh..." bapak PKD itu menghela nafas "ada yang kena lagi nih."
"Kena apaan sih pak? saya mau keluar nih." aku gusar. Aku tidak mengerti apa maksud bapak PKD itu.
"Maaf, Mas. Gini, Mas pernah denger tentang kereta hantu Manggarai?"

Comments

Post a Comment

Share your fear please.... :)

Popular posts from this blog

Linimasa (Sisi kelam sebuah kicauan)

Selesai Abatoar langsung saya lahap Linimasa di hari itu juga. Rasanya agak telat kalau saya me-review Linimasa sekarang - sekarang ini, mengingat tanggal terbitnya sudah lewat berbulan - bulan lalu. Well... better late than never. Kita bahas sedikit tentang cerita dalam Linimasa, tanpa spoiler tentunya. Judul buku : Linimasa (Sisi kelam sebuah kicauan) Penulis :  @kisahhorror Penerbit : Mediakita Tanggal terbit : November - 2013 Jumlah halaman : 340 Linimasa menceritakan tentang konflik dan intrik anak - anak remaja tanggung persis di sinetron - sinetron yang sering diputar di stasiun televisi kesayangan kita. Adalah Tatiana, gadis berpenampilan sederhana namun selalu meninggalkan kesan baik pada teman - temannya sebagai siswi yang rajin, pintar, suka menolong dan ramah kepada semua orang. Sifat baik Tatiana bukan berarti berimbas baik pada semua orang, tersebutlah lima orang remaja lain yang merasa dipecundangi oleh kebaikan dan prestasi - prestasi Tatiana. Lima o

Creepy Diary 2

Dapat rezeki yang lumayan di sore hari sepulang kerja. Satu novel dikirimkan ke rumah. Adapun judul novel itu adalah Creepy Diary 2 karya Ayumi Chintiami. Tak perlu banyak kata lagi, mari kita bedah. Judul buku         : Creepy Diary 2 Penulis              : Ayumi Chintiami Penerbit            : Bukune  Tanggal terbit    : Mei 2014 Jumlah halaman : 292 halaman Creepy Diary 2 Adalah seorang gadis bernama Ayumi yang memiliki kemampuan bisa melihat hal-hal yang tidak bisa dilihat oleh orang kebanyakan. Ayumi sering kali melihat makhluk-makhluk mengerikan, mengalami mimpi-mimpi aneh dan bahkan visualisasi dari peristiwa yang belum pernah terjadi. Sama seperti novel sebelumnya, pada Creepy Diary 2 Ayumi kembali menemui arwah penasaran dengan latar belakang kematian yang bisa dibilang kelewat getir serta kejadian-kejadian aneh serta sosok-sosok mengerikan yang dia temui sepanjang perjalanan ketika berwisata mistis bersama teman-temannya menelusuri tempat-tempat mistis

Kisah Tragis Dibalik Lagu Pengantar Tidur

Nina Bobo oohh Nina bobo Kalau tidak bobo digigit nyamuk Satu lagu dengan bait sederhana yang digunakan banyak orang tua untuk mengantar tidur anak - anaknya. Keliatan tidak ada yang ganjil dari lagu itu, tapi pernahkah anda coba bertanya pada seseorang tentang siapakah gadis bernama Nina dari lagu tersebut? Beberapa dekade setelah kedatangan Cornelis de Houtmen di Banten, warga negara Belanda dari berbagai kalangan sudah memenuhi pulau Jawa dan pulau - pulau lainnya. Alkisah seorang gadis belia asal Belanda bernama Nina Van Mijk. Gadis yang berasal dari keluarga komposer musik klasik sederhana yang menetap di Nusantara untuk memulai hidup baru karena terlalu banyak saingan musisi di Belanda. Hidup Nina berjalan normal seperti orang - orang Belanda di Nusantara pada umumnya, berjalan - jalan, bersosialisasi dengan penduduk pribumi, dan mengenal budaya Nusantara. Kedengaran indah memang, tapi semenjak kejadian aneh itu keadaan menjadi berbanding terbalik. Kejadian aneh itu t